Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Poling Pilkada 2024
Pemerintahan

Dari Kediri ke Majapahit: Fadli Zon Rencanakan Pemugaran Candi Penataran di Blitar 

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Dede Nana

15 - Sep - 2025, 08:41

Placeholder
Kunjungan Menteri Kebudayaan Fadli Zon ke Candi Penataran didampingi Wali Kota Blitar Mas Ibin dan sejumlah kepala OPD Pemkab Blitar sebagai wujud komitmen pelestarian budaya. (Foto: Instagram @fadlizon)

JATIMTIMES — Mengawali kunjungan kerja di Kabupaten Blitar pada Sabtu (13/9), Menteri Kebudayaan Fadli Zon meninjau Candi Penataran, salah satu situs sejarah terbesar di Jawa Timur yang terletak di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok. 

Kunjungan ini menjadi momen penting untuk menegaskan komitmen pemerintah dalam melestarikan warisan budaya sekaligus mendorong pengembangan destinasi wisata sejarah di Blitar.

Baca Juga : Dinsos sebut Hampir 98 Persen Penduduk Kabupaten Malang Telah Terdata di DTSEN

Dalam akun Instagram resminya, Fadli Zon menulis bahwa Candi Penataran mencatat perjalanan panjang peradaban Nusantara. Dibangun sejak era Kediri hingga Majapahit, candi ini bukan hanya monumen arkeologi, tetapi juga simbol memori kolektif bangsa yang menyimpan nilai pendidikan, identitas, dan inspirasi budaya. 

“Candi Penataran menjadi salah satu situs terbesar di Jawa Timur, sekaligus saksi perjalanan sejarah yang panjang. Kunjungan kami adalah wujud komitmen Kementerian Kebudayaan untuk merawat warisan bangsa,” tulis Fadli Zon.

Dalam sambutannya saat membuka puncak Festival Keroncong Svaranusa di Alun-Alun Blitar pada hari yang sama, Fadli Zon menekankan bahwa budaya merupakan sumber kehidupan sekaligus mesin ekonomi masa depan. Ia menambahkan, konstitusi, khususnya Pasal 32 ayat 1 UUD 1945, menegaskan kewajiban negara untuk memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia.

 “Kita memiliki kekayaan budaya yang sangat tua dan beragam, dari Aceh sampai Papua. Kekayaan ini tidak ada bandingannya di dunia,” ujarnya.

Fadli Zon menguraikan, Indonesia memiliki 718 bahasa dan 1.340 suku bangsa, dengan warisan budaya yang tercatat hingga 2.213, meski yang diakui UNESCO baru 16.

 “Potensi budaya kita sesungguhnya puluhan ribu. Mulai dari permainan tradisional, olahraga, pangan lokal, kuliner, hingga seni pertunjukan,” jelasnya. 

Menurutnya, kekayaan budaya ini bersifat lestari dan dapat menjadi mesin ekonomi melalui industri kreatif dan industri budaya (Culture Creative Industry/CCI).

Dalam wawancara bersama awak media di hari yang sama, Fadli Zon menegaskan rencana pemugaran Candi Penataran. 

“Alhamdulillah saya bisa berkunjung ke Candi Penataran. Sebagai candi terbesar di Jawa Timur, candi ini memiliki makna penting bagi cagar budaya. Kami berencana melakukan pemugaran dalam beberapa waktu ke depan, setelah pemugaran Candi Jago selesai,” kata Fadli Zon. 

Pemugaran tersebut diharapkan tidak hanya menjaga nilai sejarah, tetapi juga meningkatkan daya tarik wisata budaya dan pendidikan bagi masyarakat.

Selain nilai historis, Candi Penataran memiliki potensi ekonomi melalui wisata dan industri kreatif. Kementerian Kebudayaan menilai pemugaran candi ini bisa menjadi strategi pengembangan ekonomi lokal berbasis budaya. 

Fadli Zon menekankan, pelestarian budaya tak hanya soal konservasi fisik, tetapi juga pengembangan kreativitas masyarakat sekitar. “Budaya kita adalah treasure yang akan lestari selama manusia masih ada. Restorasi candi ini diharapkan memberi manfaat sosial, pendidikan, dan ekonomi,” ujarnya.

Kunjungan kerja ini menandai babak baru pelestarian cagar budaya di Blitar. Dengan dukungan pemerintah pusat, restorasi Candi Penataran direncanakan menyeluruh, menggabungkan standar konservasi modern sekaligus penguatan fungsi edukasi budaya. 

Menurut Fadli Zon, pemugaran candi juga simbol keseriusan pemerintah menjadikan warisan budaya sebagai pilar pembangunan nasional. 

“Kita tidak sekadar memugar bangunan, tetapi menghidupkan kembali nilai-nilai budaya agar menjadi inspirasi generasi muda,” katanya.

Fadli

Selain menjadi simbol sejarah, Candi Penataran diproyeksikan sebagai magnet wisata dan pusat pendidikan budaya. Dengan restorasi yang tepat, situs ini diharapkan menginspirasi masyarakat luas sekaligus menjadi sumber pertumbuhan ekonomi kreatif berbasis budaya. 

Fadli Zon menegaskan, pelestarian budaya adalah tanggung jawab bersama. “Mari jadikan budaya sebagai mesin pembangunan, untuk hari ini dan generasi mendatang. Candi Penataran membuktikan warisan sejarah bisa hidup dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” ujarnya.

Dengan rencana pemugaran yang konkret, Candi Penataran diharapkan menjadi ikon baru pembangunan budaya di Jawa Timur sekaligus memperkuat posisi Blitar sebagai pusat sejarah dan wisata budaya nasional.

Baca Juga : DPRD Dorong Pemkab Malang Bentuk BUMD Pangan

Penataran: Candi Negara Majapahit yang Menyimpan Jejak Ken Arok hingga Hayam Wuruk

Terletak di lereng barat daya Gunung Kelud, Desa Penataran, Kabupaten Blitar, Candi Penataran, yang dulu dikenal sebagai Candi Palah, menjadi saksi bisu peralihan kekuasaan dan perkembangan kebudayaan Jawa dari masa Kediri hingga Majapahit. 

Dibangun pertama kali pada masa pemerintahan Raja Srengga pada 1190 hingga 1200 M dari Kerajaan Kediri, candi ini merupakan pusat pemujaan Siwa yang berfungsi sebagai cagar spiritual sekaligus simbol legitimasi politik kerajaan. 

Prasasti Palah mencatat bahwa pembangunan candi dimaksudkan untuk menghindari bencana dari Gunung Kelud dan menegaskan hubungan antara kekuasaan monarki serta upacara keagamaan sebagai sarana kontrol sosial dan politik.

Fondasi bata, teras Pendopo, dan arca Dwarapala yang tersebar di halaman candi menunjukkan keteraturan arsitektur sakral yang matang. Pendopo Teras, berangka tahun 1297 Saka (1375 M), menjadi lokasi peristirahatan raja dan bangsawan serta tempat ritual sesaji. 

Relief-reliefnya menceritakan legenda lokal, seperti Bubuksah dan Gagang Aking, Sang Satyawan, dan Sri Tanjung, sekaligus mengabadikan nilai-nilai moral, spiritual, dan hierarki sosial yang dijalankan masyarakat Jawa saat itu. Di bagian teras candi induk, relief Ramayana dan Krçnayana memandu pengunjung mengikuti narasi secara pradaksina, menegaskan fungsi candi sebagai pusat pendidikan budaya dan religius.

Perhatian kembali terhadap kompleks Palah terjadi pada masa Kertanegara (akhir abad XIII), yang membangun Candi Naga dengan hiasan naga bersayap sebagai lambang candrasengkala “Naga muluk sinangga jalma” (1208 Saka). Pada era Majapahit, Jayanegara, Tribuanatunggadewi, dan Hayam Wuruk melanjutkan pemugaran dan pemeliharaan, menandai peran candi sebagai candi negara dan pusat dharma lepas. 

Kitab Negarakretagama menegaskan kunjungan Hayam Wuruk ke Palah untuk memuja Sang Hyang Batara Acalapati, manifestasi Siwa sebagai dewa gunung. Jejak spiritual ini menunjukkan bagaimana legitimasi monarki, ritual keagamaan, dan ekspresi politik bersinergi membentuk lanskap kekuasaan Jawa.

Candi Penataran juga terkait dengan tokoh legendaris Ken Arok, yang digambarkan dalam berbagai sumber sebagai pendiri Dinasti Rajasa sekaligus pelaku manipulasi politik untuk mengembalikan kejayaan kerajaan Kanjuruhan. 

Perwujudan Girindra dalam prasasti dan ikonografi candi menunjukkan kemungkinan hubungan simbolik antara Ken Arok dan Siwa, memperkuat hipotesis bahwa Candi Penataran menjadi tempat pedharmaan tokoh ini. Kronik Sunda Bujangga Manik dari abad XV menambahkan dimensi sosial-religius, dengan menyebutkan Candi Palah sebagai pusat belajar agama dan ziarah.

Fadli zon

Setelah sempat terabaikan, Candi Penataran mulai dikenal kembali pada awal abad XIX, pertama kali dicatat oleh Thomas Stamford Raffles (1815) dan menjadi objek pemugaran kolonial dan nasional. Kompleks ini kini dikelola oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia sebagai warisan budaya yang sarat nilai edukasi, spiritual, dan ekonomi. 

Pemugaran yang direncanakan akan memperkuat peran candi sebagai pusat wisata sejarah sekaligus simbol kontinuitas peradaban Jawa dari Kediri, Singhasari, hingga Majapahit.

Candi Penataran bukan sekadar batu dan relief; ia adalah arsip hidup yang menghubungkan masa lalu, legitimasi politik, spiritualitas, dan kreativitas masyarakat. Dari jejak Ken Arok hingga langkah Hayam Wuruk, candi ini mencatat strategi kekuasaan, ritual keagamaan, dan upaya menjaga memori kolektif yang masih relevan hingga kini.

 


Topik

Pemerintahan menteri kebudayaan fadli zon candi penataran pemugaran candi penataran



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jember Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

Dede Nana